Mobil Otonom Cenderung Merugikan Manusia Saat Berhadapan dengan Situasi Berbahaya
Sabtu, 08-06-2024 - 07:58:59 WIB
RIAUTRUST.com - Mobil otonom ternyata memiliki kecenderungan merugikan saat berhadapan dengan situasi berbahaya.
Hal itu terungkap lewat sebuah penelitian bertajuk "Can you hazard a guess? Evaluating the effects of augmented reality cues on driver hazard prediction" yang dilakukan sekelompok ilmuwan dari University of Glasgow, Skotlandia.
Dari penelitian itu diketahui ternyata pengemudi mobil otonom gagal merespons dengan cepat apabila tabrakan berlangsung. Hal itu terjadi karena fokus pengemudi telah berpindah menjadi penumpang biasa.
"Membiarkan mobil mengambil kendali sementara pengemudi berkonsentrasi pada hal lainnya menunjukkan terjadinya pergeseran peran dari pengemudi ke penumpang," sebut penelitian itu dikutip dari Autocar, Sabtu (8/6/2024).
Peneliti di Glasgow mengatakan pergeseran peran itu semakin diperparah dengan kondisi pikiran pengemudi mobil yang otonom yang mengalami perubahan. Pengemudi mobil otonom cenderung mengalami rasa bosan dan kehilangan fokus karena teralihkan oleh kegiatan lain selama berada di dalam mobil otonom.
Alih-alih fokus melihat kondisi jalan, pengemudi mobil otonom justru mengarahkan pandangannya ke kegiatan lain. "Mereka menjadi bosan, kehilangan kesadaran akan kondisi jalan, dan bereaksi terlalu lambat terhadap perubahan mendadak di sekitar kita," tegas penelitian itu.
Meski pengemudi mobil otonom melihat kondisi jalan, respons yang dilakukan juga kerap terlambat. Fenomena ini menurut penelitian itu dinamakan "melihat tapi gagal melihat".
Kondisi itu terjadi karena pengemudi mobil otonom kehilangan koneksi dengan kendali mobil. "Mata pengemudi justru gagal memproses apa yang justru dilihat di depannya," terang penelitian itu.
Untuk mengatasi kekurangan itu, peneliti dari University of Glasgow menyarankan hadirnya teknologi realitas tertambah atau augmented reality (AR). Teknologi itu dihadirkan agar fokus pengemudi mobil otonom tetap terjaga.
Teknologi itu diyakini bisa membantu pengemudi dengan cepat beralih fokus kembali ke mengemudi dalam keadaan darurat. Untuk menguji teori itu, tim peneliti melakukan eksperimen laboratorium dan simulasi mengemudi mobil lewat sebuah layar khusus.
Layar itu menampilkan serangkaian 40 klip video. Peserta diharuskan melakukan salah satu dari dua tugas dengan mengenakan headset realitas tertambah.
Mereka akhirnya disimulasikan seolah-olah menjadi pengemudi mobil otonom. Jadi mereka memang terkadang mengalihkan pandangannya dari situasi jalan dan melakukan hal lain.
Dalam salah satu skenario, video dihentikan tepat sebelum potensi bahaya ditampilkan. Contohnya pejalan kaki yang akan tertabrak mobil otonom.
Peserta kemudian harus memilih dari satu dari empat prediksi tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, berdasarkan pemahaman mereka tentang kondisi sebelum video berhenti. Hasilnya pengemudi justru tidak mampu merespons potensi bahaya yang terjadi dengan cepat dan tepat.
Kondisnya berbeda ketika realitas tertambah digunakan. Pengemudi menunjukkan kesadaran yang lebih baik dan berkinerja lebih baik dalam situasi kepala menghadap ke atas dibandingkan melihat ke bawah.
"Saran yang ditarik dari ini adalah bahwa ada zona di mana kita dapat terlibat dalam tugas lain sambil tetap menjaga kondisi jalan yang berkembang. Bukan benar-benar mengalihkan pandangan selama di jalan," pungkas penelitian itu.
Sumber
Beritasatu.com
Komentar Anda :